Sabtu, 05 April 2014

KESULTANAN DEMAK



Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kerajaan Demak 


Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa  ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan Kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.




Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Seiring dengan Jaman kejayaan Kerajaan Demak, penyebaran Agama Islam diwilayah Pulau Jawa mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini tidak dipungkiri dengan dibentuknya Wali Sembilan - atau Wali Songo sebagai tokoh Utama Penyebar Agama Islam.


Walisongo

Dalam perjalanannya Kerajaan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Namun dalam kenyataan sejarah Keturunan dari Raja - Raja demak menjadi Pembaharu yaitu Pembaharu Era Kesultanan atau Kerajaan Islam. 
Sebagai Contoh adalah Sultan Hasanuddin (menantu sultan Treggono) yang menundukan Banten Girang, yang kemudian pada masa perkembangannya menjadi Kesultanan Banten yang terkenal.

Masa akhir kerajaan Demak yaitu Pada tahun 1568, dimana kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. 

Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Masjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.




Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam Bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata.



MASA AWAL

Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit.
Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan pengganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir. 


MASA KEEMASAN DAN KEMUNDURAN


Makam Sunan Kalijogo salah satu Walisongo, di Kadilangu, Demak

Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.

Raja Pati Unus

Invasi Demak ke Malaka
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan Nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.

Sultan Trenggana

Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti : 
  1. merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), 
  2. Tuban (1527), 
  3. Madiun (1529), 
  4. Surabaya dan Pasuruan (1527), 
  5. Malang (1545), dan 
  6. Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). 


Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. 

Sunan Prawoto (Masa Kemunduran)

Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Penunjukannya sebagai sunan ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam penumpasan pemberontakan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. 
Akan tetapi, pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pengging.



Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang.


Sumber : Wikipedia   ( http://id.wikipedia.org/ )