Pintu gerbang Makam Imogiri
Pajimatan Imogiri merupakan makam raja-raja
Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) yang terletak 17 kilometer ke arah selatan dari Kota Yogyakarta
melalui Jalan Pramuka - Imogiri. Di kawasan itu bagi warga masyarakat disediakan
lapangan parkir yang terletak di sebelah barat gerbang masuk sebelum naik
tangga.
Sedangkan bagi kerabat istana dan tamu VIP disediakan parkir di bagian atas mendekati makam sehingga tidak perlu meniti tangga. Mitos setempat menyatakan bahwa barang siapa bisa menghitung jumlah tangga secara benar (jumlahnya ada 345 anak tangga) maka cita-citanya akan terkabul.
Sedangkan bagi kerabat istana dan tamu VIP disediakan parkir di bagian atas mendekati makam sehingga tidak perlu meniti tangga. Mitos setempat menyatakan bahwa barang siapa bisa menghitung jumlah tangga secara benar (jumlahnya ada 345 anak tangga) maka cita-citanya akan terkabul.
Pintu Gerbang Memasuki komplek Makam Imogiri
Tata cara memasuki makam di tempat itu sama
dengan di Astana Kotagede, dimana setiap pengunjung diharuskan memakai pakaian
tradisonil Mataram, pria harus mengenakan pakaian peranakan berupa beskap
berwarna hitam atau biru tua bergaris-garis, tanpa memakai keris, atau hanya
memakai kain/jarit tanpa baju. Sedangkan bagi wanita harus mengenakan kemben.
Perlu diketahui bahwa selama berziarah pengunjung tidak diperkenankan memakai perhiasan. Bagi para peziarah yang tidak mempersiapkan pakaian dimaksud dari rumah bisa menyewa pada abdi dalem sebelum memasuki komplek makam. Bagi kerabat istana khususnya putra-putri raja ada peraturan tersendiri, pria memakai beskap tanpa keris, puteri dewasa mengenakan kebaya dengan ukel tekuk, sedangkan puteri yang masih kecil memakai sabuk wolo ukel konde.
Menurut buku Riwayat Pasarean Imogiri Mataram, Makam Imogiri memang sejak awal telah disiapkan oleh Sultan Agung dengan susah payah. Diceritakan Sultan Agung yang sakti itu setiap Jumat sholat di Mekkah, dan akhirnya ia merasa tertarik untuk dimakamkan di Mekkah. Namun karena berbagai alasan keinginan tersebut ditolak dengan halus oleh Pejabat Agama di Mekkah, sebagai gantinya ia memperoleh segenggam pasir dari Mekkah. Sultan Agung disarankan untuk melempar pasir tersebut ke tanah Jawa, dimana pasir itu jatuh maka di tempat itulah yang akan menjadi makam Sultan Agung. Pasir tersebut jatuh di Giriloyo, tetapi di sana Pamannya, Gusti Pangeran Juminah (Sultan Cirebon) telah menunggu dan meminta untuk dimakamkan di tempat itu. Sultan Agung marah dan meminta Sultan Cirebon untuk segera meninggal, maka wafatlah ia. Selanjutnya pasir tersebut dilemparkan kembali oleh Sultan Agung dan jatuh di Pegunungan Merak yang kini menjadi makam Imogiri.
Raja-raja Mataram yang dimakamkan di tempat itu antara lain :
- Sultan Agung Hanyakrakusuma,
- Sri Ratu Batang,
- Amangkurat Amral,
- Amangkurat Mas,
- Paku Buwana I,
- Amangkurat Jawi,
- Paku Buwana II s/d Paku Buwana XI.
Sedangkan dari Kasultanan Yogyakarta antara lain
:
. 1. Hamengku Buwana I
2. Hamengku Buwana III
3. Hamengku Buwana IV
4. Hamengku Buwana V
5. Hamengku Buwana VI
6. Hamengku Buwana VII
7. Hamengku Buwana VIII
8. Hamengku Buwana IX
2. Hamengku Buwana III
3. Hamengku Buwana IV
4. Hamengku Buwana V
5. Hamengku Buwana VI
6. Hamengku Buwana VII
7. Hamengku Buwana VIII
8. Hamengku Buwana IX
kecuali HB II yang dimakamkan di Astana
Kotagede. (Lihat: Skema Makam Raja-raja
Mataram di Imogiri).
Komplek Makam Khusus Raja - Raja Surakarta
Pintu masuk kekomplek Makam Raja-raja Yogyakarta